Senin, 24 Februari 2014

[Miris + Edan] 5 Fakta Penganiayaan Anak di Panti Asuhan Tangerang

Tega betul perlakuan pemilik Panti Asuhan Samuel yang berinisial C dan Y terhadap anak-anak asuhnya. Sekitar 30 anak asuh yang seharusnya dibina dan dididik dengan baik malah dianiaya dan disiksa hingga tidak diberi makan.


Peristiwa ini terjadi di Panti Asuhan Samuel yang terletak di Sektor 6 GC 10 No 1 Cluster Miccelia Summarecon Gading Serpong, Tangerang. Tindakan keji ini terungkap ketika salah satu anak asuhnya H (20) berhasil melarikan diri dari pantauan C dan Y yang biasa mereka panggil dengan sebutan Ayah dan Bunda ini.

"Ada salah satu anak panti asuhan berinisial H ini melapor ke donatur panti asuhan itu," kata Kepala Divisi Non Litigasi LBH Mawar Saron, Jecky Tengens saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (23/2).

Tak hanya disiksa, puluhan anak yatim piatu itu juga hanya diberikan makanan mie kering yang nyaris basi serta air mentah yang diperoleh dari keran.

Berikut lima fakta penganiayaan puluhan anak Panti Asuhan Samuel oleh orang tua asuhnya yang dirangkum merdeka.com:

1. Tetap kurus meski didonasi


Panti Asuhan Samuel diketahui punya banyak donatur untuk menopang kehidupan para anak-anak yatim piatu yang diurus. Namun banyaknya donatur bukan jaminan bagi mereka bisa hidup seperti anak asuh di panti kebanyakan.

Puluhan anak justru terlihat kurus, hanya kulit yang membalut tulang di badan. Ternyata, uang dan makanan yang sering kali disumbangkan itu tak sampai ke anak-anak melainkan digunakan secara pribadi oleh orang tua asuhnya.

Jecky Tengens mengungkapkan, sang donatur yang tak disebut namanya itu curiga, sebab H yang mengadu kepada dirinya setelah kabur dari panti terlihat sangat kurus seperti orang yang tidak diurus. Padahal, kata dia, donatur itu sering memberikan bantuan baik barang maupun uang untuk menunjang hidup anak-anak panti asuhan tersebut.

"Tapi kok dilihat barang-barangnya nguap gitu saja. Anak-anaknya tetap kurus, sempat ditanya-tanya apa yang terjadi di panti. Akhirnya donatur itu melapor ke mana-mana termasuk ke kita (LBH Mawar Saron). Kebongkar lah kasus ini," kata dia.


2. Diseret, diikat, dipukul


Tidak hanya diberi makanan yang nyaris basi dan air mentah. Puluhan anak di panti itu juga ternyata kerap kali mendapat penyiksaan fisik dari C dan Y.

Jecky menjelaskan, pemenuhan hak-hak dasar anak-anak di panti seperti pendidikan, kesempatan bermain dan pengasuhan yang layak pun diabaikan.

"Anak-anak di panti tersebut kerap dibiarkan begitu saja tak terurus bahkan kerap dikurung dan diberikan siksaan yang tidak manusiawi ketika si C dan Y merasa kesal dengan mereka, diseret, diikat, dipukul dengan sepatu sudah seperti menjadi makanan sehari-hari bagi anak-anak kecil yang malang ini," kisah dia.


3. Satu anak dilaporkan tewas


Jecky telah melaporkan tindak-tanduk Panti Asuhan Samuel kepada pihak kepolisian. Alhasil, ditemukan fakta bahwa pernah ada anak yang meninggal di panti tersebut.

Hal ini terungkap ketika Jecky dan aparat melakukan kunjungan ke panti tersebut. Namun, pengurus panti menolak jika salah satu anak asuhnya itu meninggal dunia karena disiksa.

"Kemarin sudah turun dengan Polres, sudah ketemu orangnya (C dan Y). Tapi biasalah pernah ada yang meninggal katanya sakit, segala macam," kata Jecky saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (23/2).


4. Rawat bayi hingga anak belasan tahun


Tidak hanya mengasuh anak-anak belasan tahun dan dewasa. Panti Asuhan Samuel ini juga merawat bayi yang usianya belum genap satu tahun.

"Dari usia bulanan sampai 20 tahun. Tapi rata-rata mereka belasan," kata Jekcy.

Menurut dia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sudah sejak lama mendapat laporan ada yang tidak beres dari Panti Asuhan Samuel ini. Namun sayang, sampai H (20) berhasil kabur, kasus ini tak terungkap.

"KPAI juga bilang laporan panti asuhan itu sudah ada dari 2012 sudah banyak yang melapor cuma enggak tahu enggak ada yang berani bertindak," tutur dia.


5. Uang sumbangan buat jalan-jalan


Kejamnya perlakuan C dan Y sebagai orang tua asuh tak hanya dengan menyiksa. Kedua pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pemuka agama ini tega menggunakan hasil sumbangan para donatur anak-anak panti untuk kepentingan pribadi.

Di saat anak-anak tak terurus, tinggal kulit berbalut tulang. Kedua orang tua asuh mereka tinggal di apartemen mewah. Bahkan, sering kali jalan-jalan ke luar negeri.

"Ada pun bantuan dari donatur lainnya berupa pakaian maupun bahan-bahan lainnya malah dijual kembali oleh pemilik panti ini," imbuhnya.

Bahkan, kata dia, kejadian ini sudah menjadi pergunjingan di sekitar panti asuhan yang terletak di Sektor 6 GC 10 No 1 Cluster Miccelia Summarecon Gading Serpong, Tangerang ini. Uang hasil donatur kerap kali digunakan untuk pergi ke luar negeri oleh orang tua asuh.

"Tidak heran jika ternyata pemilik panti bisa dengan nikmatnya pelesiran keluar negeri sambil tinggal di apartemen yang mewah, kontras sekali dengan para anak yang berada di panti asuhannya ini," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar