Ritual ini bernama Sokushinbutsu, yang tersebar di daerah utara Jepang, tepatnya di Yamagata. Di sana kalian akan menemui 24 biksu yang telah menjadi mumi.
Dilihat dari teknik dan ritual yang dijunjung, ini tentu bukan mumi biasa. Mereka rela menyiksa diri mereka dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa. Mereka rela menjadi menyendiri di kubur batu, sampai akhirnya jadi mumi. Praktik ini sendiri pertama kali dirintis oleh seorang kepala biara bernama Kuukai lebih dari 1000 tahun yang lalu di gunung Koya, Wakayama.
Ia melakukan prosesi yang rumit hingga akhirnya berhasil menjadi mumi dan orang yang suci. Bagaimana prosesinya? Silakan lihat di sini.
klik77.com - Kuukai adalah pendiri dari ajaran Shingon, sebuah sekte dari Budhisme yang berkembang di Jepang. Yang membedakan sekte ini dengan yang lain adalah gagasannya yang menuntun penganutnya rela mendapatkan berkah melalui penyiksaan fisik.
Dipercaya jika banyak para biksu yang menempuh ingin menempuh ritual ini. Dan hanya beberapa di antaranya saja yang berhasil ditemukan menjadi mumi. Menjadi mumi adalah tingkatan akhir dari sekte Shigon ini.
klik77.com - Seperti yang diberitakan sebelumnya. Ritual Sokushinbutsu adalah prosesi yang istimewa. Keistimewaan itu dapat dilihat dari rumitnya jalan yang harus dilalui oleh para biksu.
Proses mumifikasi ini berlangsung selama 10 tahun. Awalnya, para biksu calon mumi harus diet selama 1000 hari. Diet itu mewajibkan para biksu hanya makan makanan yang mengandung kacang dan biji-bijian saja. 1000 hari kemudian mereka harus makan kulit dan akar pohon. Hal itu ditujukan untuk menghilangkan lemak-lemak di tubuh.
klik77.com - Selepas melakukan diet selama 2000 hari berturut-turut. Para biksu kemudian diminta untuk meminum teh dari pohon Urushi. Yang mencengangkan, teh tersebut adalah teh racun.
Pasalnya, pohon Urushi, yang memiliki nama latin Toxicodendron Vernicifluum, adalah tumbuhan yang biasa dipakai untuk pernis kebutuhan porcelain. Racun yang terkandung di pohon Urushi dapat menyebabkan muntah-muntah dan hilangnya cairan tubuh dalam waktu singkat. Secara alamiah, hal itu juga dapat membuat mayat biksu jadi tidak akan dihinggapi oleh belatung.
klik77.com - Setelah minum teh dari pohon Urushi, kini para biksu yang taat itu harus mengunci dirinya sendiri di satu ruangan. Dengan keadaan yang lemas, para biksu itu akan berdiam diri di kubur batu yang selanjutnya akan jadi makamnya kelak.
Di sana mereka akan bersemedi dengan posisi suci bunga teratai. Mereka tidak diperbolehkan bergerak sedikit pun dan harus berkonsentrasi secara penuh. Hubungan dengan dunia luar hanya melalui sebuah lonceng yang dibunyikan tiap hari, sebagai penanda apakah biksu yang berada di kubur batu itu masih hidup atau telah tiada.
klik77.com - Jika lonceng sudah tidak berbunyi lagi di hari-hari selanjutnya, maka dipastikan para biksu yang menjalani Sokushinbutsu telah meninggal dunia. Setelah itu para biksu lainnya akan dengan segera mengeluarkan lonceng dan menutup secara rapat kubur batu di mana biksu tersebut meninggal dalam keadaan bertapa.
Para biksu yang lain akan menunggu hingga 1000 hari lagi dari proses mumifikasi. Setelah itu kubur batu lalu dibuka kembali, dan jika biksu tadi berhasil menjadi mumi, maka mereka akan dianggap sebagai Buddha. Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke dalam biara.
klik77.com - Mungkin karena prosesnya bersifat menyiksa diri sendiri, pemerintah Jepang kemudian tidak memperbolehkan ritual Sokhushinbutsu. Sekte dari Shingon pun kini sudah berhenti mempraktekkan prosesi mumifikasi.
Para biksu yang menjadi mumi secara mandiri ini kemudian jadi objek wisata yang unik dan magis. Para biksu menganggap mereka masih hidup dan dapat melihat dunia nyata seperti layaknya masih hidup. Mumi-mumi ini dapat ditemui di Sakata, Oaminaka dan di Kaiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar