Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah menyindir Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan.
Tujuh twit Fahri Hamzah mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah saat dipimpin Presiden Megawati. Mulai dari penjualan satelit ke Singapura melalui Indosat, sampai menggunakan umpan "si kotak-kotak" untuk mengatrol suara.
Adapun ketujuh twit yang dituliskan Fahri Hamzah:
- Dulu kau jual satelit negara kami ke Singapura melalui jualan Indosat dengan murah.#MelawanLupa
- Dulu kau jual aset-aset kami yang dikelola BPPN dengan murah (hanya 30 persen nilainya) ke asing.#MelawanLupa
- Dulu kau jual kapal tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal. #MelawanLupa
- Dulu kau jual gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke China (hanya $3 per mmbtu). #MelawanLupa
- Sekarang, kau ngomong lagi soal nasionalisme, setelah kader-kader kau banyak yang korup.#MelawanLupa
- Dan sekarang, untuk mengkatrol suaramu yang terpuruk, kini kau umpankan si "Kotak2". #MelawanLupa
- Semoga saja, rakyat kini tak lagi terbuai oleh janji-janji manis-mu...#MelawanLupa
Saat dikonfirmasi, Fahri menjelaskan mengenai tujuh twit-nya dengan hastag #MelawanLupa. Dia mengaku, sebenarnya twit itu adalah status dari kawannya.
"Itukan status seorang ekonom teman saya, Sunarsip. Kan saya tulis," jelasnya melalui pesan singkat kepada merdeka.com, Minggu (23/3).
Fahri mengungkapkan, dia meneruskan twit tersebut karena memang benar adanya begitu. Harapannya dengan adanya twit tersebut, akan ada klarifikasi yang diberikan oleh PDI-Perjuangan.
"Saya hanya mengutip tulisan teman dan memang data benar semua. Jangan lupa bahwa Sabam Sirait tokoh PDI-Perjuangan juga ingatkan PDI-Perjuangan peristiwa saat mereka berkuasa," tegasnya.
Oleh karena itu, dia meminta kepada Joko Widodo (Jokowi), selaku juru kampanye (Jurkam) dan bakal calon presiden dari PDI-Perjuangan untuk menerangkan permasalahan dari tujuh twitnya. Terkecuali jika PDI-Perjuangan mengakui bahwa mereka keliru.
"Adapun PDI-Perjuangan termasuk Jokowi harus bisa menjelaskan kebijakkan itu sekarang. Sebab kalau memang itu benar berarti akan terulang. Kecuali diakui salah," jelasnya.
Jika tidak ada penjelasan mengenai itu semua, Fahri khawatir hal serupa dapat terjadi pada masa kepemimpinan yang baru. Oleh karena itu ia meminta penjelasan.
"Karena kalau divestasi itu ideologi ya akan diulang. Saya kira itu perlu ditanya," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar